Saya mempunyai mimpi, untuk memiliki rumah yang selalu dapat bisa menatap matahari baik saat terbit maupun tenggelam.
Barat dan timur harus sama lapangnya, sebagai ruang untuk saya bercumbu dengan mereka yang padahal hanya satu.
Entah bagaimana menjabarnya, betapa saya jatuh cinta dengan matahari, meski saya tidak begitu banyak mengenalnya.
Sekilas membaca di internet pun hanya sekedar warna merah di langit pada waktu Matahari terbenam dan terbit disebabkan oleh kombinasi penyebaran Rayleigh warna biru dan tingkat kepadatan atmosfer bumi. Itu saja.
Pagi pertama di Gili Trawangan kami disambut Sunrise cantik 😉
Ada ungkapan “Ketika kau jatuh cinta-kepada orang atau kepada apa pun, bukankah cukup kau yang merasakannya. Tak perlu ada penjelasan panjang lebar”.Â
Saya hanya perlu menyapa mereka sebisa saya, banyak-banyak mengumpulkan warna yang tiada habisnya.
Yang saya yakini setelah agama dan rasul adalah, matahari punya banyak fans, pemuja, bahkan penyembahnya.
Matahari terbit yang berada tepat diatas Gunung Rinjani. Saya memotretnya dari Gili Trawangan- Lombok.
Matahari tenggelam yang berada di Sunset Bar, Gili Trawagan.
Baca Juga : Menyerbu Sunset Bar Gili Trawangan
Terimakasih pada siapapa pun yang telah menciptakan timer mode pada kamera 😀
Satu hal yang paling pasti saat keberangkatan kami #Backpackmoon tanpa itinerary adalah being Sunrise/Sunset Hunter.
Ketika tiba dimanapun saya akan selalu mencari dimana arah barat dan timur pulau tersebut, selain untuk ibadah tentu saja untuk menjemput kesayangan saya.
Nusa Lembongan, tanpa perlu meminta warna berbeda akan tumpah setiap sore disini.
Sundown of Balangan Beach, Bali.
Dan yang membuat Gili Trawangan adorable adalah, keleluasaan saya untuk mengejar keduanya, baik sunrise mau pun sunset dapat dinikmati dengan puas.
Hanya saja perlu berjalan (atau mungkin bersepeda) untuk memutar ke arah barat pulau, tapi saya sangat tidak keberatan.
Sunset milik pantai paling terkenal seantero negeri, Kuta-Bali.
Baca Juga : Sunset Sempurna di Blue Point Beach
I wanna reach you, sun!
Saya mencintai suami yang kelelahan dan tidak bisa bangun untuk menemani mengejar matahari terbit.
Tapi saya juga tidak bisa mengabaikan kecintaan saya yang rasanya sangat wajar ini, saya berangkat sendirian.
Entah bagaimana caranya, oranyemu selalu berbeda sih?! Jingga…
Masih sunset milik Nusa Lembongan.
Kau tak selalu bisa punya yang kau inginkan, tapi karena matahari, sore-soremu akan selalu memiliki warna.
Sepertinya sunset juga telah menjadi magnet para wisatawan asing untuk ke negeri ini, jangankan tenggelam yang teriknya kita hindaripun mereka justru menikmatinya.
Nusa Lembongan.
Baca Juga : Kencan Sama Alam
It is always adorable, is’nt it ?
Saya mulai nyaman, berinteraksi dengan alam apalagi dengan matahari tenggelam.
Warna oranye yang dimilikinya lebih beragam, sunset juga tidak terlalu mengecewakan, karena ketika benar-benar tenggelam langit justru akan semakin indah.
Seperti dapat melihat dinding langit berwarna sebuah gedung tapi ini maha luas.
Semoga saya benar-benar dapat membangun rumah idaman dan menamai calon anak perempuan kami dengan Jingga :’)
note: Semua foto kecuali sunrise adalah jempretan photografer pribadi saya, yakni Rijal Fahmi Mohamadi 😀
Saya pun juga memendam keinginan demikian, memiliki rumah sederhana dengan pekarangan lapang. Di mana ketika jendela pertama terbuka bisa melihat matahari terbit, dan jendela terakhir hendak ditutup bisa melihat matahari tenggelam. Foto-fotonya keceh! Salam kenal 🙂
Waaaaah ide bagus tuh, amin semoga terwujud ya mimpi kita. hiihi
makasih, itu suamiku yang motret, salam kenal juga ya 😀