Membaca buku atau pun novel dan akhirnya tersihir untuk mengunjungi langsung latar kota/tempat yang dipakai didalamnya, adalah penyakit saya yang lumayan merepotkan.

Dari novel Sunset Bersama Rosie milik Tere-Liye yang syukur alhamdulillah tercapai untuk menginjak Gili Trawangan meskipun harus menunggu hampir 2 tahun lamanya untuk terealisasi.

Lalu dimana lagi?! Banyak !! Tanjung Puting efek Partikel novel fiksi dari Dee, Tibet akibat cerita perjalanan Agustinus Wibowo di Titik Nol, Belanda karena Travelous milik Andrei Budiman, TURKI karena The Historian karya Elizabeth Kostova, well nggak akan ada habisnya.

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

Selamat datang di alun-alun kota Batu.

Kemudian 9 Summers 10 Autumns novel yang telah difilmkan karya Iwan Setyawan pun membuat saya penasaran dengan kota Batu, dimana kota sang tokoh dilahirkan.

Tidak ada rencana singgah di kota yang kini memiliki sebutan baru sebagai Kota Wisata ini, tapi kami sudah terlanjur berada di Malang, rugi kalo nggak mampir ke Batu kan?!

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

Bertemu Kak Debbzie travel blogger Indonesia asal Malang.

Kami sempat bertemu dan bercerita panjang bersama Kak Debbzie yang kebetulan bisa meluangkan waktu.

Kami sempat beberapa kali membuat janji tapi gagal, dan saya selalu suka dengan kesan pertama ketika bertemu teman blogger yang sebelumnya hanya bisa menyapa di social media.

Ada saja hal unik yang didapat, dan Kak Debbzie ini aslinya putih juga harum banget, logat bicaranya yo medok. heheehe

Usai bertemu, saya dan mas beloved belum capek (padahal siangnya baru pulang dari Bali) lalu memutuskan ke kota Batu, Yeay !!

BACA JUGA :  #Backpackmoon: Bali is Never Mainstream

Anaknya suka ngeyel, jadi saya nggak bawa sweater ketika malam-malam naik motor ke kota yang ternyata dingin banget.

Loh saya lupa dengan deskripsi kota ini didalam novel, jadi salah siapa!?

Fahmi !!!! Siapa suruh ke Payung segala -_____-

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

Ada apel Malang super besar!!

Baca Juga : Floating Market Lembang, Nggak Perlu Jauh ke Thailand

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

Wahana bermain.

Ketika menuju Payung yang dimaksud, kami melewati alun-alun kota Batu yang unik dengan banyak gemerlap lampu.

Di sebrang taman kota ini pun terdapat cafe yang memutar music dengan kencang jadi menambah suasana meriah.

Banyak yang pacaran (udah pasti), orang tua dan anak-anaknya yang asik bermain di wahana yang tersedia.

Waaaaah seru yaaa, Ibukota nggak punya yang seperti ini, karena disini asiknya bebas dari pengamen dan gratis.

Yang paling buat saya tertarik adalah lampion-lampion yang dibentuk bermacam-macam hewan dan di beri nyala lampu, eh buah-buahan juga ada!

Ada patung big apple (apel Malang yang tersohor) yang terletak di tengah kolam, ada pusat pembelian oleh-oleh.

Ternyata pengelola kota Batu benar-benar berusaha membuat kota wisata yang sesungguhnya.

Sayang banget cuma sebentar halan-halan disininya, padahal masih penasaran dengan Batu Night Spectacular (BNS) 😐

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

mau naik bianglala tapi udah tutup 🙁

Baca Juga : Dihipnotis Bandung Dalam 2 Bulan

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

Mereka lucu ya, andai ajah bisa joget ;p

Tiba di tujuan utama yakni Wisata Payung Batu yang merupakan salah satu obyek wisata kuliner di Kota Batu yang katanya selalu ramai dikunjungi para anak-anak muda seperti kami :p.

Objek wisata ini terletak di perbatasan Kota Batu dan Kabupaten Malang, tepatnya berlokasi di Jalan Raya Pujon, Malang utara.

BACA JUGA :  why T U R K E Y ??

Wisata Payung ini mirip-mirip dengan Bukit Moko yang berada di Bandung.

Disini terkenal sebagai tempat yang strategis untuk melihat keindahan Kota Wisata Batu terutama di malam hari karena bisa melihat gemerlap lampu dengan sempurna.

Baca Juga : Bersenang, Menikmati Liburan di Penang

Backpackmoon: Mengigil di Kota Wisata Batu

Seperti ini view Payung ketika malam hari.

Jalur menuju Payung lumayan menanjak dan meliuk-liuk, jaraknya kurang lebih 6 KM dari pusat kota dan bisa ditempuh hanya dalam waktu 15 menit saja.

Banyak terdapat warung di kawasan ini yang berada dipinggir jurang.

Sehingga kita dapat menikmati pemandangan dengan nyaman sambil nyemil jagung bakar.

Semoga bisa kencan hangat rame-rame tanpa kedinginan lagi disini ya :’)

You may also like

11 Comments

  1. Gileee kamu gak pake jaket?
    kalo aku sih udah masuk angin itu hahaha *jompo*
    udah terlalu terbiasa sama udara Jakarta jadi kalo mudik pasti kedinginan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *