Tanggal 15 Februari 2015, dengan dalih mau memberikan ucapan Selamat Ulang Tahun untuk teman, saya dan dua perempuan yang tidak sepenuhnya waras berniat untuk menggunakan cara yang berbeda yakni mengucapkannya dari tanah Sumatera. Karena hanya punya waktu kosong satu hari, mau tidak mau Lampunglah pilihan terbaik untuk ditempuh melalui jalur darat (tanpa pesawat) dari Jakarta. Awal memulai perjalanan saya kurang begitu yakin, tapi karena mereka berdua memang travelmate saya kemanapun yaaa saya mencoba meyakinkan diri-sendiri saja.
Demi ini kami berani |
Traveling memang membutuhkan motivasi, pun motivasi konyol yang kami punya ini minggu lalu. Hanya riset dadakan yang kami lakukan ketika sudah berada didalam Bus Arimbi menuju Pelabuhan Merak. Memutuskan untuk ke Pantai Pasir Putih yang semoga dapat lumayan mengobati rindu traveling bareng geng kami.
Kami bertiga belum pernah ke Pelabuhan Merak secara bersamaan sebelumnya, karena kami lebih sering cuma bermain-main di Pulo Merak Kecil yang berada tidak jauh dari dermaga pelabuhan, eitts Pulo Merak ini juga bagus banget loh, baca selengkapnya disini. Dan kali ini kami hanya dapat memandang pulau mungil tersebut dari atas kapal.
Pulo Merak |
Tiket menyebrang seharga Rp. 15.000/dewasa |
Selalu suka atmosfer pelabuhan (Merak) |
Ketimbang tujuannya saya malah lebih menikmati suasana di pelabuhan dan diatas kapalnya, karena tanpa disengaja kami bertiga yang enggan duduk didalam ruangan penumpang malah diajak untuk mengobrol hingga ruangan kemudi kapal. Sebut saja Kapten Tiga, dia ini yang membuat kami malah jadi duduk-duduk santai dilengkapi dengan colokan untuk ngcharge handphone diruang kerjanya.
Kapten Tiga bercerita tentang perjalanannya ketika ke Rusia, dengan waktu tempuh berbulan-bulan beliau harus selalu siap untuk jauh dari keluarganya. Menjelma sebagai nenek moyang, menghadapi badai sudahlah biasa untuknya. Pertanyaan bertubi-tubi kami lempar, tapi si capt ini lucu, ngerasa nggak mau kalah dan malah balik kepo.
Banyak hal baru yang saya ketahui, seperti misalnya bahwa paspor seorang Pelaut bisa bebas keluar masuk dari suatu negara atau free visa dengan mengikuti Program Visa Awak Kapal (dikenal CVP). Dan yang Paling berkesan adalah mengetahui bagaimana cara sebuah kapal Feri yang besar bisa merapat kedermaga dengan mulus.
Mencoba jadi nenek moyang 🙂 |
Welcome to Lampung |
Dan ternyata menyandarkan kapal ke dermaga bukanlah perkara mudah, seketika ruang kemudi menjadi sangat riuh (kami hanya serius menyimak). Ada yang bersiap melempar tali, mengecek radar, berdiri ditepian kapal untuk memberikan kode-kode yang tidak saya pahami, ada yang memutar kemudi juga ada yang sibuk mengkontak pihak pelabuhan untuk mendapatkan izin bersandar, ada sebuah perhitungan jarak dengan kapal lain yang sudah merapat terlebih dahulu. Sang Kapten memberikan perhitungan tersebut, dan para awak kapal mengikuti perintah dengan dada yang cukup berdegub akhirnya kami tiba dengan selamat. 🙂
Butuh waktu tempuh 2 jam lamanya untuk menyebrang, kami segera pamit dan Kapten memperingatkan kami untuk berhati-hati karena katanya di Lampung tidak terlalu aman apalagi bagi para wanita. Dan benar saja.. ketika baru keluar pelabuhan kami diserbu oleh banyak-entah-ojek-atau -supir yang amat sangat memaksa untuk mengatar kami, sudah ditolak masih aja ngikutin dan malah marah-marah. Shock!!
Untuk itungan hari minggu ini sepi sekali |
Mungkin yang berkunjungpun sama takutnya dengan kami |
Sepertinya tidak akan ada kunjungan kedua kami ke Pantai Pasir Putih ini, karena ternyata pemandangan Pulo Merak jauh lebih indah dari pantai ini, faktor lainnya ya karena Lampung yang sangat keras ini. Mungkin next harus ikutan open trip saja atau beramai-ramai jadi merasa lebih safety, yang penting niat untuk mengucapkan Ulang Tahun dengan location tanah Sumatera terselesaikan.
Pengalaman buruk lainnya yaitu ketika kami memang kelelahan dan tertidur dalam bus menuju Pelabuhan Bakaheuni, ada pengamen yang membangunkan kami dengan kasar, memaksa kami memberinya uang sedangkan dia memaki kalau kami ini kerudung dusta. Blaaah, apa nggak ada cara lain?!
Sunset Pantai Pasir Putih |
Traveling memang gak selamanya menyenangkan, pasti ada aja pengalaman buruk dan hasil yang tidak memuaskan. Hanya saja aneh, kalau saya warga indonesia merasa was-was dan tidak aman di negara saya sendiri. Bagaimana tourismnya bisa berkembang? Bagaimana warga asing bisa datang kalau sesama WNI aja saling menyakiti. Entah ada apa dengan Lampung, dia harusnya menjadi destinasi yang sangat menyenangkan tanpa crime.
aaaaaaakkkkk!!! kenaal kaliaan penuh berkah. DItahun yang penuh berkah, kejutan-kejutannya juga penuh berkah. makasiiih yaaaaaahh. i love you all more more more :*:* *pelukin orang yang mau jadi TKI* hhihihiiiiiii
Put, terus itu gimana ceritamu akhirnya bisa lolos dari serbuan paksaan ojek dan supir? Mereka nggak menghalangi kamu naik bus gitu?
Kami bilang mau makan dulu, tapi mereka terus ngejar sampe parkiran luar. Dicuekin dong ya.. eh malah pegang-pegang bahu terus marah-marah. Hiiiiiiih aku benciiiiii, kami akhirnya jalan terus, naik bus jauh dari kumpulan orang-orang itu 🙁
Disini manis, ketemu komplen mulu. hiiiiih dasar –"
Hmmm, jadi mereka itu ngumpul di dalam bangunan pelabuhan gitu ya tapi nggak nyampe parkiran. OK. Soalnya beberapa hari lagi kayaknya aq bakal mengalami hal yg sama sepertimu. Hahaha.
Masih banyak sisi lain dunia pariwisata kita yang perlu dibenahi ya, Put.. Beberapa kali aku juga mengalami kejadian kurang menyenangkan waktu traveling. Ketemu pedagang yang 'maksa' di Kuta-Lombok, pengamen dalam bus seperti ceritamu, dsn masih banyak lagi….
Aku malah merasa lebih safety ketika traveling ke luar negeri ketimbang Sumatera atau daerah timur, makanya aku salut sama cewe yg berani solo trip kemana-mana di Indonesia.
Doakan bisa membaik sama menteri pariwisata yg sekarang aja deh 😉
Duch jadi kangen kripik pisang lampung 🙂
waa curang nih bisa masuk ruang kemudinya 🙁
aku kemarin udah ditawarin naik bis langsung dari sejak dalam kapalnya, jadi nggak ada kejar-kejaran gitu, langsung naik bus sampai pantai pasir putih juga deh. ketemu mbak-mbak yang nganter nyariin penginapan. pantainya sih.. yaahh…. hihihi…
Makanya punya muka yang imut kaya aku gituloh kakaaaa :p
Duuh diruang kemudi terus pas di kapal, harusnya turun kebawah kali yaah hahha. Next time kalo kesana lagi deh, tapi ajak yang strong ;D
Aku baru tau kalo di Lampung ada keripik pisang?! Kok ngeliatnya malah salak —
keripik pisang cokelat tuh oleh-oleh andalan Lampung, enak banget, hahaha!
Hueee aku baru tau loh kak yuki. ehehehe
wah…untung pengalaman kamu nggak terjadi di aku juga ya…tapi memang kalau pergi rame rame lebih ngerasa aman ya.
Keluarga lebih khawatir kalau aku perginya ke pelosok indonesia ketimbang luar negeri 🙂
tapi ga papa buat pembelajaran kak. hehee