Bukit Rhema dan Gereja Misteriusnya, apa kamu pernah mengunjunginya?
Ketika berada di Bukit Punthuk Setumbu untuk mengabadikan fenomena sunrise, kebiasaan yang suka nemplok sana-sini mengantarkan saya pada seorang pemuda yang sedang asik duduk sambil merokok di kursi bambu samping pohon.
Perawakannya seusia Fahmi, tidak terlihat seperti turis, kulit coklat, berkaos jersey Manchester City dengan rambut sedikit panjang hingga bahu dan hanya bersendal jepit.
Awalnya saya cuma sekedar tanya-tanya gimana rasanya kalau bermalam dengan tenda di bukit ini?!
Tapi kemudian obrolan malah merembet ke sebuah bangunan tua yang belum pernah saya dengar namanya, Gereja Ayam.
Kalau cerah bangunan tersebut bisa terlihat dari Punthuk Setumbu katanya, karena bangunannya yang memang sangat besar.
Karena saya anaknya extra-super-duper-penasaran, tanpa saya tau entah dimana Fahmi berada, obrolan berujung pada “Masnya bisa antar kami kesana?”
Fahmi yang baru balik dari perburuannya mengambil gambarpun sempat bingung kemana tujuan kami, tapi ya nurut-nurut saja karena sama penasarannya dengan saya.
Hanya sajaa…….
Quote by: Galileo
Manusia cenderung berfikiran negatif dikala keadaan yang mendesak.
Kira-kira begitulah yang terlintas difikiran Fahmi, karena serius saya sih santai-santai aja karena Mas tadi kelihatan baik ketika diajak mengobrol, tapi Fahmi yang belum sempat menilai wajar kalau merasa was-was.
Karena kami berdua diajak membelah hutan, keluar dari bukit Punthuk Setumbu kami harus turun baru kemudian naik lagi di jalan yang keliatannya belum pernah dilewati.
Sampai ada jalan pinggir jurang yang terputus hingga kami harus melompat lebar-lebar.
13 menit sudah kami trekking, Fahmi makin gusar.
Untungnya kami pakai snickers jadi siap untuk dipakai trekking, si Mas misterius yang cuma pakai sendal jepit melenggang begitu cepat didepan.
Saya isi sedikit obrolan yang lumayan mulai khawatir “Jalurnya jarang dilewatin ya mas?”
Kemudian Mas itu menjawab “Ini memang bukan jalur utama, ada lagi jalan lainnya tapi jauh”.
DEGH!! saya dan Fahmi pandang-pandangan penuh arti.
Ya mending jauh deh daripada sepi, horor dan harus buka jalur sendiri gini -____-
Sudah jauh jauh liburan ke Yogyakarta dan mampir ke Magelang sini, lanjutin saja, biar gak nanggung juga.
Bukit Punthuk Setumbu dilihat dari jalur menuju gereja, jauuuh men!
Baca Juga : Mengenal Dan Mengagumi (Karya) Affandi Lebih Dekat
Akhirnya ketemu primadona Bukit Rhema
Pada akhirnya berfikiran buruk hanya akan mengantarkan kita pada sebuah penyesalan.
Finally kami tiba di tujuan dengan perjalanan 15 menit yang terasa seperti berjam-jam lamanya karena fikiran negatif.
Ternyata Mas Man. City itu baik, ketika sampai doi dengan santainya cuma ngerokok tanpa keliatan kecapekan. You Rock Masse!!
Kabar yang saya dengar dari petugas Punthuk Setumbu yang tadi sempat ikutan mengobrol, bangunan tua ini dahulunya di fungsikan sebagai gereja, namun karena warga sekitar menolak gerejapun akhirnya ditutup.
Gedung tua yang berbentuk unik ini, berdiri tak terawat di salah satu bukit di Magelang, Jawa Tengah.
Banyak sebutan untuk gedung misterius ini, misalnya Gereja Ayam, Gereja Burung, Gereja Merpati, Bukit Merpati dan masih banyak sebutan lainnya.
Namun pada kenyataannya, sang pemilik bangunan yakni Daniel Alamsjah (yang kini sudah tua renta) menyebutkan bahwa bangunan tersebut bukanlah gereja dan bukan pula menyerupai ayam.
Daniel Alamsjah bermaksud membangun sebuah bangunan besar menyerupai merpati yang ingin beliau fungsikan sebagai rumah doa (diperuntukkan bagi seluruh umat yang percaya pada Allah).
Sisi kanan gereja
Bagian Ekor
Nampak keseluruhan, eh si Mas M masuk frame 😀
Bangunan ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat Kristen melainkan sebagai pusat rehabilitasi bagi anak-anak yang kekurangan fisik, orang ketergantungan narkoba, orang kurang waras, dan para anak muda yang punya masalah, fakta keaktifan pondok ini saya temukan di salah satu website yang bisa kalian cek disini.
Namun sayangnya masih banyak warga sekitar dari desa Kembang Limus dan Karangrejo yang resah dan berfikiran bahwa banyak perbuatan maksiat yang dilakukan didalam bangunan tersebut.
Pengelola akhirnya menutup rumah doa & pondok rehabilitasnya dikarenakan kekurangan biaya dan dukungan pada tahun 2000.
Saat ini bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai destinasi wisata sejarah untuk menarik minat para wisatawan yang haus akan sejarah.
Ketika hari menjelang siang, kini Bukit Rhema selalu dipenuhi oleh wisatawan yang datang untuk mengagumi kemegahan dan kemisteriusan bangunan ayam raksasa ini.
Sayangnya tidak ada guide ataupun media di sekitar bangunan yang dapat memberikan informasi mengenai fungsi dan sejarah bangunan secara jelas.
Sisi kiri gereja
Pintu masuk gereja
Kini sebutan Gereja Ayam sudah terlalu begitu melekat pada bangunan ini, tanpa penjabaran sejarah dan fungsinya, tetap banyak wisatawan yang ingin berkunjung bahkan katanya ada yang prewedding juga loh.
Mungkin justru karena sejarah yang misterius inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk datang dan melihat langsung (salah duanya kami hehee).
Kerena kami datang ketika masih sangat pagi, pintu masuk jadi belum di buka.
Tapi dari jendela yang berbentuk bunga kami bisa mengintipnya sedikit.
Tidak ada sekat dan benda apapun selain rontokan semen dari atap, tapi paling tidak rasa penasaran kami terbayar sudah.
Ending dari perjalanan ini kami diajak pulang sama Mas M (misterius) yang lebih banyak diem melewati kampung warga, baru kemudian diantar naik motor (boncengan bertiga) yang entah dia dapat dari mana motornya untuk kembali menuju parkiran Bukit Punthuk Setumbu.
Sambil memberi upah seadanya saya memastikan dan berdoa semoga Mas M yang saya temukan samping pohon ini benar-benar manusia asli.
Sekembalinya ke hotel, di mobil Fahmi memberi saya ultimatum.
“Kamu tuh jangan kebiasaan ya! Keseringan ngajak orang ngobrol sembarangan” Huahahahahaa.
Tulisan ini memenangkan juara pertama dalam lomba blog “Blog Competition #TravelNBlog 3” yang diselenggarakan oleh @TravelNBlogID.
Kalo bukan manusia asli trus gimana hayoooooo, ish ntar dia ngikut nepel sampe australi lho hua hua
WOH! aku baru tahu itu bangunan ayam ternyata deket juga dari Puthuk Setumbu. Itu awalnya kalian ngobrol apa e sampai bisa nyasar ke sana? hahaha.
Tapi kok pintu masuknya dikunci ya? Biasanya bangunan tak terawat kan nggak ada penjagaannya? Apa mungkin buat mencegah jadi TKP mesum ya? :p
Ayamnya lucu banget kayak aku :3
Aku kan takut diculik…. 😐
Iya ngobrolnya banyaaaaaak bgt mawi, maklumlah ibuk-ibuk hahahaha
dibukanya abis zohor katanya, kalo siang rame di situ. Mungkin dikunci biar kaga pada uji nyali disana wkwkwwk
Wooooo nggak takut, aku kan isterih solehah. muehehee
Kamu mah cekernya aja kali mz wira, hiiiiiii *jijilin ceker bauk*
Malu keles sama jenggooooot !!!!
bangunan ini nampak spooky ya.. apalagi ngejogrok di tengah utan gitu..
tapi gua belum pernah lihat langsung sih..hihi..penasaran juga
Berarti ini deket sama Setumbu ya?
Fix harus ke Setumbu lagi ini mahh
dulu gak dapet sunrise karena mendung, plus buru2 mau start lari Borobudur 10k T_T
Aku juga sempet bingung teh vira, kok bisa bangunan gede gitu diatas bukit?! Makanya di kunci kalo malam biar gak ada yg gaib2 kali ya hehe. Go go go, deket bgt dari Jogja 😀
Iya deket kalo belah bukit dit, pas pulang naik motor ke setumbu sih lumayan jauh.
Coba nanti cari si mas M, kali aja doi nongkrong disana lagi. xixixixi
wah selamat ya, juara satu, memang keren tulisannya 😀
Gerejanya uniiiiiikkk!!! Sayang banget ya udah dtutup, dan jadi nggak terawat gitu. Perlu perhatian pemerintah.
Wah makasih banyak mz, cuma share pengalaman aja 😀
iya, padahal bermanfaat bgt. sepertinya dampak dari krisis 98 nug.. buruan mampir!
Meski udah tahu kalo itu sebenarnya merpati tapi karena udah terlanjur tenar dengan nama ayam, jadi lebih enak nyebut gereja ayam yaa
Hu'um, harusnya aku nyebutnya pusat rehabilitasi atau pondok bukit merpati. Etapi kepanjangan dan udah terlanjur tenar sama gereja ayam. hihii Ayo serbu Magelang!!
wah sayang gedungnya terabaikan seperti ini. Kalau dijadikan hostel pasti bagus. Tapi banyak orang yang ke sana gak ya? hihihi~
Jogja ini bukan main ya kak., pesonanya nggak habis2! *bookmark*
Sepertinya aku emang harus kembali ke Punthuk Setumbu… Selain waktu kesana dulu gak kebagian sunrise, aku juga penasaran ama gereja ini.. Nice post, Putri.. 🙂
Duuuh mz kayaknya syereeem deh, gak akan ada yg mau stay. xixixii
Eits ini di Magelang looh, masuknya Jateng.. tapi memang tetangga deketnya Jogja, dan setuju :))
Aku ikoooot!! hehe makasih mbak dee :3
Aku mau ke sanaaaaaaa, tapi langsung magelang aja, gak lewat YK. :p
Ajak aku sih, aku bosan mengulak sambal terus :((
Selamat jadi yang pertama Kak. Tulisannya bagus. Kapan" aku mau eksplore magelang ah sekalian solo hihihi
Mas Man City itu sepertinya bukti kalo orang Magelang itu baik-baik. Cihuiii..
Bukit Rhema ma Punthuk Setumbu sepaket eh.. Btw itu kesananya waktu weekday yak Kak Put?
Terimakasih kak Asih,
waaah dari dari Solo, cucok tuh xixixi
Iyaaaa baik bangeeeet, dan ajaib. hohoho
hooo jadi wajib ke Rhema kalo udah di Setumbu yaaah, aku inget banget tgl 24 feb itu hari selasa. Dan tetep aja rame.. gimana kalau weekend yakk >,<
Hahaha.. Ajaibnya bisa menghilang ya kak..
Besok aku pulang wajib ke Setumbu lagi ah..
Dan bayangkan kak, kalo pas Waisak..
Yauda rame juga ga papa, asal sama pacar biar nggak kesepian. bhahaha
wuiihh mantap kak joshhh
Super kak! :')
Teman perjalanan Fahmi? MUngkin mbak istrinyakah? 😀 Salam kenal mbak. Saya kemarin ke Puthuk Setumbu tapi tidak mampir ke tempat ini, soalnya keburu pulang hehe… Saya tahu lokasi ini pas lihat di blog juga.. kalau dari ketinggian, keren bentuknya..
Halo kak Sandi, salam kenal.
Iya aku istrinya Fahmi catperku, tapi lebih sering ditinggal daripada jalan bareng *lhaa curhat*
Well next bisa mampir, tempatnya unik dan lagi hits :))
tempatnya keren banget kak. butuh biaya yang ga sedikit untuk kesana ya kak?
salam kenal dan sukses selalu buat kakak 🙂
Gak mahal kok,aku malah cm jalan kaki dari Phuntuk Setumbu. Hanya perlu bayar tiket masuk aja kak :))
Sekarang tempat ini udah mulai terkenal loh ka, muncul di iklan agoda juga. mungkin efek film AADC2 ya, wkwkwk
mungkin efek tulisanku juga ya kak… Ihihihiii
makasih udah mampir 🙂