Bagi saya melahirkan seorang anak berarti melahirkan sebuah peradaban, menghadirkan generasi yang mungkin kelak dapat memperbaiki dunia ini. Tentunya, untuk menghadapi tanggung jawab sebesar itu gak mungkin bisa dilakukan dengan mudah. Yuph memang susah sih, tapi bukan berarti tidak menyenangkan bukan? Karna dibalik tanggung jawab yang besar, sungguh ada jutaan kebahagiaan yang lahir bersamaan dengan hadirnya seorang buah hati dalam kehidupan orang tuanya. Seperti lahirnya Caraka yang hadir dikehidupan kami yang membawa bahagia tak terperih, kesenangan tanpa batas dan limit. Sadar akan besarnya tanggung jawab sebagai orang tua, mengajak saya dan suami untuk terus belajar tentang dunia parenting. Karena kami punya prinsip; Gagal dalam berbisnis gak apa-apa, gagal berangkat liburan juga gak masalah, tapi amit-amit jangan sampai gagal dalam mendidik anak. *tsaaaah kibas hijab*
![]() |
Belajar sambil bermain di Perpustakaan Nasional |
So do you believe that raising children is raising ourselves?! Kalo saya percaya banget, karena darimana kami punya tekad untuk belajar parenting kalo bukan karena besarnya kasih sayang pada Caraka. Artinya gak selalu anak yang belajar dari orang tua yaaa, karena kita para orang tua juga dapat banyak belajar dari dan untuk anak. Hal pertama yang kami tanam dan selalu ingat adalah, kami harus menjadi pihak pertama dalam pembentukan kepribadian anak. Karena sesungguhnya sekolah bukanlah satu-satunya tempat anak belajar serta mendapat pendidikan. Melainkan rumah atau keluargalah yang menjadi tempat pertama untuk anak mendapatkan modal mengembangkan dirinya di sekolah bahkan dunia.
1. Membangun Pondasi Sejak Dini
![]() |
Ketika mengunjungi Museum Brawijaya, Malang |
Sebelum memasuki usia sekolah, orang tua menjadi guru utama bagi seorang anak. Makanya meskipun Caraka baru berusia dua tahun, saya tetap gak mau santai untuk mengajak/mengajarkan dia kebiasaan-kebiasaan baik di rumah. Kami sebagai orang tua sadar bahwa sesuatu yang ditanam sejak dini akan lebih melekat dalam pribadinya. Ada beberapa pondasi yang bisa dibangun bersama orang tua atau keluarga yakni:
![]() |
Mengenal beragam binatang di Batu Secret Zoo |
Karena setiap anak memiliki keunikan serta potensi yang berbeda-beda, orang tua diharapkan mampu menemukan potensinya sehingga anak terhindar dari unsur paksaan dalam menjalankan potensi dan bakatnya. Pembimbing saya mengatakan bahwa “Anak bisa enggan melakukan sesuatu (padahal ia berbakat) dikarenakan ia tidak mendapatkan kenyamanan” sebaliknya “anak bisa nyaman melakukan sesuatu (padahal ia tidak berbakat) karena ia nyaman dan memiliki dukungan dari lingkungannya”. Hal ini membuktikan bahwa pentingnya pembentukan serta dukungan dari keluarga dalam pengembangan potensi anak. Berikut cara pengembangan potensi anak yang bisa bapak-ibu lakukan berdasarkan kemampuannya:
Ketika bersama, ceritakan apa yang dilihat dan dilakukan kepada anak sehingga ia dapat belajar menjadi sosok yang mau mendengar dan memahami orang lain. Mengobrol dan bertanya tentang kegiatan yang dilakukan, misalnya ketika sedang menonton tv bersama atau bercerita tentang kejadian di sekolah. Agar anak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya sendiri.
Memperdengarkan music yang nyaman, ajak anak mengunjungi pameran atau membuat prakarya di rumah meskipun tidak ada tugas sekolah. Kegiatan ini bertujuan agar anak dapat mengeksplorasi dirinya.
3. Mempersiapkan Anak Menghadapi Zamannya
![]() |
Berusaha mengenalkan budaya membaca sejak dini |
Resiko yang dimaksud yaitu misalnya seperti; gangguan kesehatan pada mata anak karena terlalu lama menatap layar/monitor hp, anak menjadi susah tidur sebab terpengaruh konten media digital, kesulitan berkonsentrasi sebab penggunaan media digital memiliki efek pada keterampilan mengubah perhatian anak, menurunnya prestasi belajar, mengganggu perkembangan fisik karena terkadang anak sering menahan lapar dan haus, mengganggu perkembangan social atau menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit bergaul secara langsung, teknologi digital juga dapat menunda perkembangan bahasa anak terutama anak-anak usia 2 tahun kebawah.
Berikut Hal Yang Harus Dilakukan Orang Tua Sebagai Pendamping Generasi Digital
![]() |
Belajar berenang bersama ayah dan mama |
1. Menambah Wawasan
2. Pinjamkan Anak Perangkat Digital Sesuai Keperluan
Tidak hanya anak yang diajari untuk menahan diri, kita sebagai orang tuapun diharap bijaksana dalam menggunakan atau bermain gadget didepan anak. Atau bapak dan ibuk bisa menerapkan Program 1821 yang digagas oleh Abah Ihsan (Parenting Speaker), yakni mematikan seluruh perangkat digital/gadget mulai dari pukul 18.00-21.00 untuk fokus berinteraksi dengan anak hingga ia tertidur.
7. Siap Hadapi Dunia Maya
Orang tua diharap mampu memberinya kesempatan untuk mempelajari kegunaan serta manfaat perangkat digital yang ada disekitarnya. Misalnya seperti melakukan video call/komunikasi jarak jauh, menemukan informasi dan berita, melihat gambar serta manfaat lainnya. Karena hal-hal tersebut merupakan kegiatan yang nantinya akan ia gunakan dikemudian hari.
Kita sebagai orang tua diharap mampu memonitor situs web yang pernah dikunjungi anak, dan pmemastikan bahwa anak tidak mengunjungi situs yang tidak sesuai dengan usia, Untungnya saat ini sudah ada program piranti lunak penyaring (web-filtering) yang dapat membantu orang tua dalam melakukan scan ataupun memblok alamat website yang mengandung fitur yang tidak sesuai dengan perkembangan anak.
“Orang tua dan anak memerlukan kesepakatan seputar penggunaan media digital, bukan untuk memproteksi anak tapi untuk memberikan keterampilan yang tepat saat anak terpapar oleh informasi dari media, karena orang tua tidak mungkin selalu dapat mengawasi” (Keluargakita)
![]() |
Bermain Montessori toys di rumah |
1. Mengikuti keseharian anak mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi
![]() |
Ketika bertemu puluhan rusa di penangkaran rusa Maliran |
1. Berjalan-jalan disekitar rumah atau bersepeda di pagi atau sore hari
Bagi orang tua yang memiliki begitu banyak kesibukan mungkin sulit untuk melakukan semua upaya-upaya di atas. Tapi menurut saya, apapun kesibukan kita, anak-anak tetap membutuhkan kehadiran orang tuanya. Bukan tentang yang mana yang benar atau yang mana yang salah, karena sama halnya seperti memiliki ART (asisten rumah tangga) atau tidak ini adalah sebuah pilihan. Kita sebagai yang menjalaninya harus sadar akan manfaat dan keterbatasannya, serta manfaatkan pilihan yang telah diambil. Yang penting pokoknya ada usaha dan upaya (gak perlu sempurna, tapi seoptimal mungkin).
Jika para orang tua telah memahami pemahaman serta upaya-upaya ini, tentu perkembangan teknologi dan informasi tidak lagi menjadi ancaman atau tantangan yang sulit untuk dihadapi, melainkan dapat menjadi sumber materi dalam mengeksplorasi pembelajaran orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak di era kekinian saat ini. Salah satu situs yang memberikan saya banyak pembelajaran parenting yakni situs Sahabat Keluarga, karna gak hanya memberikan banyak info-info terupdate, situs ini juga menuntun orang tua mendidik anak sesuai usianya mulai dari Usia PAUD bahkan hingga lintas usia. Salah satu artikelnya yang berjudul; Tumbuhkan Sikap “Berbagi” pada Anak, berhasil menghilangkan kecemasan saya ketika Caraka tidak ingin berbagi mainan dengan temannya.
Ingatlah selalu bahwa mengajari anak merupakan salah satu upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga usaha yang kami, dan seluruh orang tua upayakan selalu diberi kemudahan Allah SWT untuk tetap konsisten menjalaninya. Demikian sedikit pemahaman yang bisa saya tuliskan, semoga bisa bermanfaat bagi #SahabatKeluarga lainnya. Ibu-ibu serta Bapak-bapak yang punya tips dan saran lainnya boleh loh dibagikan di kolom komentar, see you on the next article!!
Memang ya, Mbak. Kehidupan berumah tangga itu bedaaaaa banget sama kehidupan semasa belum nikah. Haha
Iyaaaa, bagaikan langit dan bumi hahahhaa
PanutanQue, masyaAllah selalu menginspirasi. Keep awesome mamaibuu ��
Terimakasih selalu untuk supportnya bebebque <3 <3