Museum Vredeburg menjadi destinasi terakhir dari serangkaian #LiburanDiYogya saya bersama Fahmi, museum yang sekaligus sebuah benteng ini menyimpan berbagai sejarah nasional bangsa Indonesia, khususnya mengenai perjuangan pada masa kemerdekaan. Museum Vredeburg yang menjadi salah satu tujuan destinasi wisata edukasi ini tidak hanya memuat tentang sejarah, namun juga tentang seni serta budaya yang patut untuk dikenal.
Seperti kebanyakan museum di Indonesia, Museum Vredeburg juga memiliki bangunan tua yang bergaya arsitektur khas Belanda, dengan pilar-pilar atau tiang penyanggah yang besar. Dulunya difungsikan sebagai benteng oleh pemerintah Belanda untuk menahan serangan dari Kraton Yogyakarta. Jadi nggak heran kalau kalian main kesini bakal nemuin menara pengawas di keempat sudutnya, yang seakan masuk ke dalam markas CIA. Xixixi
![]() |
Suasana Museum Benteng Vredeburg menjelang sore |
Dan ternyata saya baru tau kalau museum yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di atas tanah Keraton ini, awalnya bernama “Benteng Rustenburg” atau yang artinya “Benteng Peristirahatan”. Namun berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765 – 1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti menjadi “Benteng Vredeburg” yang mempunyai arti “Benteng Perdamaian”. Pantes yaa kalau main ke Jogja tuh hati jadi damaaaaaai banget….. *seruput Kopi Jos di angkringan*
Dan sejarah fungsi bangunannyapun gak hanya itu, tapi juga sempat menjadi benteng pertahanan, markas militer Belanda dan Jepang, serta markas militer RI pada tahun 1945-1977. Pada tanggal 16 April 1985 dipugar menjadi Museum Perjuangan dan dibuka untuk umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 November 1992 resmi menjadi “Museum Khusus Perjuangan Nasional” dengan nama “Museum Benteng Yogyakarta”.
Menurut penilaian saya pribadi, Museum Vredeburg yang berada di Jl. Jend. A. Yani No. 6 Yogyakarta ini sangat terawat dengan baik. Malah terhitung unik karena ada sebuah ruangan gelap yang ketika pengunjung masuk akan ada berbagai bunyi ledakan dan senapan. Adegannya mirip-mirip film Sicario yang lagi gerebek bandar narkoba. Duaaaaaarr, saya dan Fahmipun dibuat teriak karena belum paham. Sok kalau datang kesini siapin bawa yang bisa dipeluk-peluk yes?!*ditoyor penonton*
![]() |
Selamat menghadapi sejarah masa lalu |
![]() |
Dicatat yes! |
![]() |
Salah satu koleksi museum |
![]() |
Kami gak terlalu banyak memotret di dalam museum, ya anggaplah kami anaknya serius kalo udah ketemu sejarah :p |
![]() |
Putri mah gitu orangnya TT (pardon my dekil face) |
Secara keseluruhan yang dapat ditemukan yakni; Bangunan-bangunan peninggalan Belanda, yang dipugar sesuai bentuk aslinya. Diorama-diorama yang menggambarkan perjuangan sebelum Proklamasi Kemerdekaan sampai dengan masa Orde Baru. Koleksi benda-benda bersejarah, foto-foto, dan lukisan tentang perjuangan nasional dalam merintis, mencapai, mempertahankan, serta mengisi kemerdekaan Indonesia. So, dengan harga yang cuma Rp. 2.000 perak, keren banget kan?! *Jogja memang keren keles*
Dan ternyata museum ini masih punya kejutan lainnya, bukan cuma membawa kami ke scene-scene dalam film militer.. Tapi juga di bawa ke dalam adegan film romantis di dalam restoran ala Eropa (kayak udah pernah ke Yurop aja, Put). Tapi Serius! Kalian harus mampir ke kafe yang punya nuansa klasik nan elegan ini, dengan desain interior dan eksterior yang keliatan banget bergaya tempo dulu, bikin mood sore jadi semakin syahdu. Indische Koffie namanya ya gengs!
![]() |
Terlepas dari kafe-kafe modern di Jakarta, yang klasik kaya gini saya lebih suka. Banget! |
![]() |
Selamat nyemil… yang penting bisa ambil foto. hehee |
![]() |
Menu yang bikin dompet kalian juga pasti bahagiah |
![]() |
ini apa ya.. saya lupa namanya. pokoknya enaaaa\’ 😀 |
![]() |
Minuman Asem Jawa di sini sueger bingit loh! |
![]() |
Karna saya ngantuk, jadi pesennya cappuccino ice deh hehe |
Iya, ternyata gak hanya Museum Ullen Sentalu aja yang punya restoran dan kafe yang patut untuk dicoba. Melainkan juga ada Indishe Koffie yang terletak di area museum Benteng Vredeburg. Kalian nggak akan kesulitan untuk menemukannya, karena terletak nggak jauh dari pintu masuk museum. Indishe Koffie sangat terlihat ingin memajukan kuliner nasional serta kembali mengangkat menu bercita rasa Eropa. Menurut saya dan Fahmi ini unik banget, karena dengan letaknya yang berada di dalam bangunan bersejarah seperti Benteng Vredeburg ini, Yogyakarta seakan menyajikan wisata kuliner dan wisata sejarah dalam satu kemasan. So, bagi yang nggak suka-suka banget sejarah, bisa deh melipir kesini 😀
Rasa penasaran kami dengan kafe inipun tumbuh, dan akhirnya ya langsung cari tempat duduk yang nyaman padahal perut masih kenyang. Abis gimana dong… gak akan dapet gambar kalau nggak masuk kan?! (dilema seorang blogger). Baiklah, paling nggak kami berdua bisa sok-sokan romantis ala film drama, hal pertama yang menyambut adalah alunan musik yang saya yakin bergendre classic tapi liriknya menggunakan bahasa Jawa. Ahhh…. Sempurna!
Indische Koffie punya beberapa pilihan area yakni, area indoor yang memiliki area Square, Round dan Bar. Di area ini menjadi favorte saya karena punya nuansa klasik nan elegan juga desain interior dan eksterior yang bergaya tempo dulu abis! Namun untuk pecinta kopi, terdapat area bar yang bisa melihat secara langsung barista yang sedang meracik kopi. Terakhir area outdoor yang disediakan bagi yang merokok yang terdiri dari area teras, parasol dan outdoor bar. Serunya kalau diluar kalian juga bisa santai sambil menikmati pemandangan kebun serta gemerlap lampu kota di kawasan titik nol Yogyakarta.
![]() |
desain interior yang loveable disetiap sudutnya |
![]() |
pintu masuknya ajah manis banget gini :\’) |
![]() |
Menjelang sore, beranjak ke titik nol Jogja 😀 |
Ketika kami masuk, kami langsung berfikir kalau harganya pasti mahal. Namun ternyata tebakan kami salah total, saya sampai terheran-heran melihat harga yang dipajang di menu. Semua menu makanan dan minuman di kafe ini cuma dibandrol seharga Rp. 5.000, – Rp. 148.000, . Ealaaah andai di Jakarta ada yang begini, bisa pacaran setiap minggu deh. Hahaha.
Karena nggak hanya kopi, Indische Koffie juga menyediakan menu western serta masakan Indonesia yang beragam, seperti snack, main course, hingga dessertpun juga ada. Cussss ya, jangan lupa mampir ke sini kalau main ke Yogyakarta. Ah ya, kafe ini dibuka sesuai dengan jadwal museum, yakni tutup pada hari Senin. Usai merilekskan diri di Indische Koffie, kami menutup hari dengan nongkrong-nongkrong gaul di kawasan Titik Nol Yogyakarta. Daaapppp!
Seumur2 gw ngak suka nama nya museum, tp akhirnya masuk kesini langsung ke cafe nya. Duduk manis pesen makan dan ngobrol, suka ama suasana nya penampakan jawa2 belanda ngak jelas. Trus makanan nya murah enak
Dan tetep gw ngak masuk ke museum nya haha
Kamu ke kafe yang ada di museumnya aja udah bagus mas cum hahahhaa
terakhir ke Vredeburg kayanya jaman SMP apa SMA gitu, sampe udah lupa suasana di sana gimana. saya merasa gagal sebagai orang Jogja, hahahaha…
trus, kafenya itu… baru tau euy!! penasaran pengen nyoba. mirip-mirip Batavia Cafe ga sih? tapi harganya beda banget ya… 😀
Eh kamu orang Jogja toh, haha aku baru engeh..
Iya mirip2 sih, classic ala2 yurop itu.. tapi menu dan harganya kayaknya beda jauh kak hihi
ahhhh aku kudu nguli dulu kang cum buat bisa amkan di restorannya haha … kalo mbak ini mantap jng kapok ke jogja lagi yax….
Ini restonya murah-murah harganya kooook hehe
gak akan kapoklah kak, wong nyenengin banget disana 😀
Berapa kali ke Jogja pun, ga bosen walau cuma mondar-mandir kawasan Malioboro sebentar, Bukan masalah tempat, ini soal suasana dan nuansa 😀
Couldn't agree more! Aku setuju banget, semoga bulan besok aku bisa balik ke Jogja. Amin
Jadi pengen kesana.. OneJogja
Suasananya yang sangat khas banget dengan adat jawa ya jogjakarta
Pernah sempet syuting kesana untuk buat film pendek 😀
Agree!
Wah Keren juga ya museumnya,, bakalan aku masukin ke wishlist nih. untuk destinasi selanjutnya. hehe
Keren dan sangat edukatif, jangan lupa direview juga ya kak hihii